Hakikat Dan Ragam Bahasa
15.40A. HAKIKAT BAHASA Sebelum memahami apa hakikat bahasa, sebaiknya kita memahami apa makna hakikat sebenarnya agar tidak muncul kes...
15.40
A. HAKIKAT BAHASA
Sebelum memahami
apa hakikat bahasa, sebaiknya kita memahami apa makna hakikat sebenarnya agar
tidak muncul kesalahpahaman antara mengartikan makna hakikat dengan pengertian.
Arti dari kata hakikat jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
(Ali, 1990) memiliki pengertian initisari atau dasar. Jadi, hakikat bahasa dapat kita artikan atau pahami sebagai suatu
hal yang mendasari dari bahasa itu sendiri.
Disamping itu, menurut Kridalaksana (1983), bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Hakikat bahasa Indonesia sendiri tentang bahasa adalah
bahasa sebagai sarana interaksi sosial, bahasa adalah ujaran, bahasa memiliki
dua bidang, yaitu yang pertama, bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap yaitu
getaran yang bersifat fisik yang merangsaang alat pendengaran, dan yang kedua,
arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabakan
reaksi, setiap struktur bunyi ujaran tertentu mempunya arti tertentu pula,
bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat, yaitu sistematik,
arbitrer, ujar, dan manusiawi.
Berdasarkan apa
yang dikemukakan oleh Machfudz (2000) tentang rumusan dari hakikat Bahasa
Indonesia, hakikat Bahasa Indonesia adalah : Bahasa sebagai simbol ; Bahasa
sebagai bunyi ujaran ; Bahasa bersifat arbitrer ; dan Bahasa bersifat
konvensional.
Berikut merupakan
beberapa hal yang menjadi dasar atau intisari yang menjadi bagian dari hakikat
bahasa:
1.
BAHASA SEBAGAI SIMBOL
Simbol merupakan
sesuatu hal yang dapat mewakilkan sebuah ide, perasaan, pikiran, benda, dan
tindakan secara arbitrer. Simbol bersifat arbitrer, artinya simbol itu tak
memiliki hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan apa yang
dilambangkan atau dengan kenyataan yang menjadi acuan dari simbol itu.
Contoh :
/p-e-n-a/
Kumpulan dari 4
huruf diatas yang dibaca maka akan menjadi kata pena, tidak memiliki hubungan
dengan bentuk pena, penggunaanya, ataupun penggambaran pena itu sendiri. Hal
itulah bersifat arbitrer atau pemberian simbol terhadap sesuatu yang akan
menjadi acuan dari simbol itu dapat diberikan sesukanya atau manasuka sesuai
dengan kesepakatan bersama dari pemakai bahasa dari kata—simbol itu.
Kata merupakan
simbol arbitrer. Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan digunakan oleh
kelompok masyarakat tertentu untuk melakukan komunikasi satu sama lain.
Lambang atau simbol atau tanda dengan berbagai seluk
beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut
ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada
dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi (yang
di Amerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan di Eropa oleh Fendinand de
Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu, antara lain tanda
(sign), lambing (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat
(gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda selain dipakai sebagai istilah generik dari semua yang
termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian
semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide,
pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya,
kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu bahwa di
sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambing menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambing menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang sudah dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang.
Tanda-tanda itu adalah sinyal gerak isyarat (gesture),
gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah
tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi sinyal agar si penerima sinyal
melakukan sesuatu.
2. BAHASA SEBAGAI BUNYI UJARAN
Kata bunyi, yang sering
sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983) bunyi adalah kesan pada
pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena
perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa atau bunyi uajaran
(speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang
di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
Tetapi juga tidak semua
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa. Menurut H.G. Brown (1987), bahasa adalah suatu sistem komunikasi
menggunakan bunyi yang diucapkan melalui organ-organ ujaran dan didengar di
antara anggota-anggota masyarakat, serta menggunakan pemrosesan simbol-simbol
vokal dengan makna konvensional secara arbitrer.
Bahasa sebagai ujaran
mengimplikasikan bahwa media untuk berkomunikasi yang paling penting adalah
bunyi ujaran sebagai dasar yang paling penting untuk berinteraksi menggunkan
bunyi. Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai
arti tertentu pula. Bunyi dari ujaran sebagai sebuah bahasa yang memiliki arti
dan makna tertentu itulah yang membedakan manusia dari mahluk lainnya.
Bahasa merupakan
alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing
mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang
dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh
ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai
penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.
Berikut ini beberapa pengertian bahasa menurut para ahli :
Berikut ini beberapa pengertian bahasa menurut para ahli :
a. Harimurti Kridalaksana (1985:12)
Menyatakan bahwa
bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh
kelompok manusia.
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88)
Bahasa adalah
sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
c. Finoechiaro (1964:8)
Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang
memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang
mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.
d. Carol (1961:10)
Bahasa merupakan
sistem bunyi atau urutan bunyi vokal yang terstruktur yang digunakan atau dapat
digunakan dalam komunikasi internasional oleh kelompok manusia dan secara
lengkap digunakan untuk mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan proses yang
terdapat di sekitar manusia.
e. I.G.N. Oka dan Suparno (1994:3)
Bahasa adalah
sistem lambang bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh sekelompok manusia
(masyarakat) sebagai alat komunikasi.
f. Kamus Linguistik (2001:21)
Bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk kerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
g. Gorys Keraf (1984:1 dan 1991:2)
Bahasa adalah
komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.
h. D.P. Tambulan (1994:3)
Bahasa adalah untuk
memahami pikiran dan perasaan, serta menyatakan pikiran dan perasaan.
3. BAHASA ITU BERMAKNA
Bahasa bersifat melambangkan sesuatu. Sesuatu
yang dilambangkan itu di ujarkan melalui bunyi dengan ujaran tersebut. Saat
simbol yang berupa bunyi berupa kata di ujarkan, didalamnya dapat melambangkan suatu pengertian,
atau konsep, atau ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan. Maka suatu
bunyi ujaran yang didalamnya melambangkan sesuatu adalah bahasa. Karena bahasa
tersebut melambangkan sesuatu, maka didalam bahasa tersebut terdapat makna atau
maksud yang ingin disampaikan oleh pengguna bahasa ini sendiri. Jika suatu
ujaran yang tak memiliki makna, maka ujaran tersebut bukanlah bahasa.
Contoh :
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa
Makna yang berkenaan
dengan morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan dengan frase,
klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana
disebut makna pragmatic, atau makna konteks.
4. BAHASA ITU MANUSIAWI
Manusia memiliki alat
komunikasi yaitu bahasa. Bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa
itu manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya digunakan oleh manusia dan hanya
milik manusia. Berbeda dengan hewan yang memiliki alat komunikasi yang bersifat
tetap dan statis.
Kalau kita menyimak
kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu
adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat
arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak
mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan
juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya
tidaklah sama dengan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Dari penelitian para
pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa satu-satuan
komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap. Sebetulnya yang
membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam
arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat
komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai
untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat
komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan
hakikat binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang
berpikir, homososio makhluk yang bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta
alat-alat dan juga animalrasionale makhluk rasional yang beerakal budi. Maka
dengan segala macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja
yang lalu, yang kini, dan yang masih akan datang, serta menyampaikannya kepada
orang lain melalui alat komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa
disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat
manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh
manusia.
5. BAHASA ITU BERVARIASI
Setiap bahasa digunakan
oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang
termasuk dalam masyarakat bahasa adalah mereka merasa menggunakan bahasa yang
sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang
merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum. Ragam bahasa akan saya bahasa di sub judul selanjutnya.
6. BAHASA MEMILIKI SIFAT-SIFAT
a. Bahasa Bersifat
Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure
(1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud signifiant dan
signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie
(petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
Bolinger (1975) mengatakan, ‘seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya’.
Bolinger (1975) mengatakan, ‘seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya’.
Arbiterer sendiri dalam pengertian
studi bahasa memiliki makna manasuka, asal bunyi, atau tidak ada hubungan logis
antara kata sebagai sombol dengan apa yang dilambangkan. Arbitrer berarti
dipilih secara acak tanpa alasan sehingga ciri khusus bahasa tak dapat
diperkirakan dengan tepat.
Contoh :
Indonesia : Penggaris
Inggris :
Ruler
Arab :
Mistar
Dari ketiga kata yang berasal dari tiga
bahasa yang berbeda namun menyimbolkan satu benda diatas adalah sebuah kata
yang menyimbolkan sesuatu tapi tak memiliki hubungan logis atau dipilih secara
acak tanpa alasan khusus.
b. Bahasa bersifat konvensional
Meskipun hubungan antara simbol bunyi
dengan sesuatu yang menjadi acuan dari simbol itu bersift arbitrer, tetapi
penggunaan dari simbol tersebut untuk suatu konsep tertentu seperti bahasa
memiliki sifat konvensional. Konvensional sendiri dapat diartikan sebagai suatu
pandangan atau tanggapan bahwa kata-kata sebagai penanda tidak memiliki
hubungan intrinsik dengan objek, tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan,
atau persetujuan masyarakay yang didahului pembentukan arbitrer. Tahapan awal
adalah manasuka atau arbitrere, hasilnya akan disepakati oleh kelompok pengguna
bahwa tersebut atau dikonvensikan, sehingga menjadi sebuah konsep yang terbagi
bersama. Artinya, semua anggota masyarakat yang menggunakan bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa simbol tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Misalnya, sesuatu yang menjadi tempat benanung dan tinggal,
dilambangkan dengan bunyi ‘rumah’, maka
masyarakat bahasa Indonesia yang menggunakan konsep ini harus
mematuhinya. Jika tidak dipatuhi dan diganti dengan simbol lainnya, maka akan terjadi
kesulitan antara antara anggota masyarakat yang menggunakan bahasa ini dalam
komunikasi mereka saat ingin menyimbolkan hal yang diacu dalam bunyi
ujaran—dalam konteks ini kita membcarakan ‘rumah’.
c. Bahasa bersifat
sistematik
Bahasa bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan
kaidah yang harus ditaati agar dapat digunakan dan dipahami oleh pemakainya.
Sistem sendiri memiliki makna teratur berpola yang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sitem terbentuk oleh beberapa
unsur yang satu dan yang lain yang saling berhubungan secara fungsional. Bahasa
memiliki beberapa unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk suatu kesatuan.
Sebagai sebuah
sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa
itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem
atau sistem bawahanatau dikenal juga dengan tataran linguistik. Tataran
linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis,
tataran semantik, dan tataran leksikon.
d.
Bahasa bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah
lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan
bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat
kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi
tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau
istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.
Karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam manusia nya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa itu juda menjadoi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah, bahas itu disebut dinamis.
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan semantik. Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karen kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebuidayaan, perkembang ilmu dan tekhnologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagaio laasan sosial dan politik menyebabkan orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang telah ditinggalkan para penuturnya terutaam dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus menurus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa yang hanya ada beradadalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
e. Bahasa bersifat produktif
Kata produktif
adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “ banyak
hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu
dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur itu terbatas, tapi
dengan unsur-unsur dengan jumlahnya yang terbatas terdapat di luar
satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas, meski secara relative
sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa
Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat. Dengan kosa kata
yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang
60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan
juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah
dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.
Walaupun bahasa memiliki unsur-unsur yang terbatas, bahasa tetap dapat
dibuat satuan-satuan bahasa yang tak terbatas, meski secara relatif, sesuai
dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu sendiri. Karena hal itulah bahasa
memiliki sifat produktif. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/.
Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:
-
/i/-/k/-/a/-/t/
-
/k/-/i/-/t/-/a/
-
/k/-/i/-/a/-/t/
-
/k/-/a/-/i/-/t/
Contoh lainnya, menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai
kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat
dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
f.
Bahasa itu bersifat
universal
Semua bahasa yang ada
didunia memiliki ciri-ciri yang sama
satu sama lain. Sebagai contohnya, semua bahasa memiliki bunyi bahasa
yang terdiri dari vokal dan konsonan. Ciri ini merupakan ciri umum yang dapat
membuktikan bahwa bahasa itu bersifat universal.
Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa,
bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa
setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang
maknanya kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana
satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak sama. Kalau pembentukan itu bersifat
khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu merupakan keunikan dari bahasa.
Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum atau satu
golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun
atau sub rumpun bahasa tersebut.
Ada juga yang mengatakan bahwa ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun atau sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-bahasa yang ada di Dunia ini sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa yang ada di Dunia ini beru bisa disebut universal.
g.
Bahasa itu bersifat unik
Setiap kelompok
masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Bahasa yang mereka
gunakan bisanya menyesuaikan dengan latar belaknag mereka itu. Karena itu akan
ada perbedaan menyangkut sistem bunyi, sistem-sistem lainnya yang membuat
bahasa itu memiliki ciri khas sendiri . Salah satu keunikkan bahasa Indonesia
adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis.
Maksudnya, kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka
makna itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat. Hal inilah yang
membuat bahasa itu bersifat unik. Kita bisa liat hal ini dari Indonesia yang
memiliki banyak sekali bahasa daerah dari berbagai suku bangsa yang berasal
dari berbagi tempat yang berbeda-beda.
B. RAGAM BAHASA
Ragam atau ragam bahasa
adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk
keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut
ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam
yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat
dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya
dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jurnalistik, ragam
bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat
menggunakan bahasa, dan dalam masyarakat tersebut terdapat bermacam – macam
bahasa yang disebut Ragam Bahasa. Indonesia merupakan Negara
yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku bangsa
dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti melahirkan berbagai ragam bahasa
yang bermacam-macam dan ini disebut Ragam Bahasa Indonesia.
Pada ragam bahasa yang
paling pokok adalah seseorang itu menguasai atau mengetahui kaidah-kaidah yang
ada dalam bahasa. Kerena kaidah bahasa dianggap sudah diketahui, uraian
dasar-dasar ragam bahasa itu diamati melalui skala perbandingan bagian
persamaan bagian perbedaan.
Menurut Bachman (1990), “ragam
Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
Menurut Dendy Sugono (1999), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan
tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi,
seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa
baku.
Menurut Fishman Ed (1968),suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa
jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk
kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna
bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah
tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan
(situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa ragam bahasa adalah variasi dalam pemakaian bahasa, yaitu
perbedaan penutur, media, situasi,
bidang dan hal lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, saya akan jelaskan
ragam dari bahasa ini melalui sudut pandang pengklasifikasian tertentu.
1.
RAGAM BAHASA BERDASARKAN GOLONGAN PENUTUR
Tiap-tiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam
berbahasa. Perbedaan berbahasa antar individu disebut idiolek sedangkan perbedaan asal daerah penutur bahasa juga menyebabkan variasi
berbahasa yang disebut dialek. Namun masih ada banyak hal yang
melatarbelakangi banyaknya ragam bahasa yang di gunakan oleh seorang penutur.
a.
Ragam bahasa daerah
Ragam bahasa daerah ini dapat dibagi menjadi
idiolek dan dialek. Idiolek adalah ragam atau variasi dari bahasa yang
digunakan oleh perorangan. Sedangkan dialek adalah ragam atau variasi bahasa
yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat pada suatu tempat dan atau
waktu tertentu.
b.
Ragam bahasa pendidikan atau
profesi
Pendidikan
dan profesi merupakan faktor yang banyak mempengaruhi ragam bahasa yang
digunakan. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan berbeda
pemilihan kata serta struktur bahasa yang digunakan. Juga akan berbeda kosakata
serta istilah yang digunakan menurut profesi yang digeluti.
Ragam bahasa pendidikan atau profesi terdiri
dari ragam bahasa baku dan tidak baku. Biasanya, pada saat seseorang beraasaad
di forum formal seperti pendidikan ataupun instansi formal tempat bekerja,
seseorang akan menggunakan bahasa baku. Namun jika tidak berada dilingkungan
formal, maka mereka cendrung menggunakan bahasa non-formal atau tidak baku.
Ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya
ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di
dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau
ragam bahasa resmi.
c.
Ragam bahasa berdasarkan sikap
penutur
Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal
dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film,
fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah,
komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan
ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa,
misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun
sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
2.
RAGAM BAHASA BERDASARKAN
PEMAKAIAN
a.
Ragam bahasa berdasarkan
sarananya
Perbedaan media yang
digunakan dalam berbahasa menentukan pula ragam bahasa yang digunakan, sehingga
bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan.
·
Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap
(organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita
berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan
ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka,
gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan
bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika
ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang
dilihat dari ciri- cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu tidak
dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan adalah :
a. Memerlukan kehadiran orang lain sebagai lawan bicara
b. Unsur gramatikal tidak terlihat atau dinyatakan secara lengkap
c. Terikat ruang dan waktu
d. Dipebgaruhi oleh tinggi rendahnya suara (intonasi)
Kelebihan ragam bahasa lisan :
a. Penggunaannya dapat disesuaikan dengan situasi
b. Lebih efisien
c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekanan suara dan gerak anggota badan untuk lebih memperjelas maksud pembicaraannya kepad pendengar.
d. Pembicara dapat segera mengetahui reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
Kelemahan ragam bahasa lisan :
a. Berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
b. Pembicara seringkali mengulang beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan dengan baik, terlebih orang yang telah terbisa menggunakan bahasa daerah setempat dalam berbahasa lisan.
d. Aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
·
Tulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping
aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis,
kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun
susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Merupakan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Ragam ini berhubungan dengan tata cara penulisan dan kosakata yang menuntut
adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
pilihan kata yang tepat, penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar.
Yang termasuk ragam tulis
adalah ragam teknis, ragam undang-undang, ragam catatan, dan ragam
surat-menyurat.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c. Tidak terikat ruang dan waktu.
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis :
a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
b. Biasanya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
a. Tidak ada alat atau sarana untuk memperjelas pengertian bahasa lisan, sehingga tulisan harus disusun dengan sebaik-baiknya.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
Karakteristik ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut :
-
Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang
dituliskan
-
Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak
menggunakan kata-kata mubazir.
-
Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak
menimbulkan tafsir ganda.
Perbedaan antara ragam
lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ) :
Tata Bahasa :
- Ragam Bahasa lisan
1. Nia sedang baca surat kabar.
2. Ari mau nulis surat.
3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
- Ragam bahasa tulisan.
1. Nia sedang membaca surat kabar.
2. Ari mau menulis surat.
3. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Kosa kata :
- Ragam bahasa lisan
1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2. Kita harus bikin karya tulis.
3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
- Ragam bahasa tulisan
1. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
2. Kita harus membuat karya tulis.
3. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
Tata Bahasa :
- Ragam Bahasa lisan
1. Nia sedang baca surat kabar.
2. Ari mau nulis surat.
3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
- Ragam bahasa tulisan.
1. Nia sedang membaca surat kabar.
2. Ari mau menulis surat.
3. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Kosa kata :
- Ragam bahasa lisan
1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2. Kita harus bikin karya tulis.
3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
- Ragam bahasa tulisan
1. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
2. Kita harus membuat karya tulis.
3. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
b.
Ragam bahasa dari sudut pandang
bidang atau persoalan
Ragam bahasa yang
digunakan pada bidang yang berbeda mempunyai ciri yang berbeda pula, misalnya
bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa sastra.
3.
RAGAM BAHASA BERDASARKAN WACANA
a.
Ragam bahasa ilmiah
Ragam ilmiah ialah ragam bahasa keilmuan, yaitu corak dan ciri bahasa yang
digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Ragam bahasa ilmiah harus dapat
menjadi wahana pemikiran ilmiah yang tertuang dalam teks karya ilmiah.
Pengertian ragam bahasa ilmiah dan karakteristik ragam ilmiah dalam bahasa
Indonesia diuraikan berikut ini.
-
Pengertian Ragam Ilmiah
Ilmiah itu merupakan kualitas dari tulisan yang membahas
persoalan-persoalan dalam bahasa Indonesia bidang ilmu tertentu. Kualitas
keilmuan itu didukung juga oleh pemakaian bahasa dalam ragam ilmiah. Jadi,
ragam bahasa ilmiah itu mempunyai sumbangan yang tidak kecil terhadap kualitas
tulisan ilmiah. Ragam ilmiah merupakan pemakaian bahasa yang mewadahi dan
mencerminkan sifat keilmuan dari karya ilmiah. Sebagai wadah, ragam ilmiah
harus menjadi ungkapan yang tepat bagi kerumitan (sofistifikasi) pemikiran
dalam karya ilmiah. Dari pemakaian ragam itu juga bukan saja tercermin sikap
ilmiah, melainkan juga kehati-hatian, kecendekiaan, kecermatan, ke
bijaksanaan (wisdom), dan kecerdasan dari penulisnya.
Bahasa Indonesia ragam
ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta,
konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia
diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik
secara tertulis maupun lisan.
-
Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Karakteristik ragam
bahasa ilmiah ialah:
(1) mencerminkan sikap
ilmiah,
(2) transparan,
(3) lugas,
(4) menggunakan paparan
(eksposisi) sebagai bentuk karangan yang utama,
(5) membatasi pemakaian
majas (figures of speech),
(6) penulis menyebut diri
sendiri sebagai orang ketiga (penulis, peneliti),
(7) sering menggunakan
definisi, klasifikasi, dan analisis,
(8) bahasanya ringkas
tetapi padat,
(9) menggunakan tata cara
penulisan, dan format karya ilmiah secara konsisten (misalnya dalam merujuk
sumber dan menyusun daftar pustaka),
(10) dan menggunakan
bahasa Indonesia baku.
Sikap ilmiah yang harus tercermin dalam ragam ilmiah ialah sikap objektif,
jujur, hati-hati, dan saksam. Ragam ilmiah bersifat cendekia
(intelektual), artinya bahasa Indonesia ragam ilmiah itu dapat digunakan secara
tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yaitu mampu membentuk
pernyataan yang tepat dan saksama.
Ragam ilmiah bersifat transparan dalam arti kata-kata itu
membawa pembaca langsung ke maknanya; kata-kata yang digunakan hendaknya tidak
bermakna ganda (ambigu). Kata-kata yang dipilih hendaknya kata-kata yang
denotatif bukan konotatif.
Bahasa ragam ilmiah bersifat lugas, dalam arti menggambarkan keadaan
atau fakta sebagaimana adanya. Ragam ilmiah tidak berbunga-bunga penuh
ornamen seperti ragam bahasa sastra. Ragam ilmiah tidak berputar-putar dalam
menuju ke satu tujuan, bahasa ragam ilmiah langsung menuju ke sasaran, langsung
ke pokok masalah.
Bentuk karangan utama yang digunakan dalam tulisan ilmiah ialah
paparan atau eksposisi, dan dapat diselingi deskripsi, argumentasi,
narasi. Dalam tulisan ilmiah ada sesuatu yang perlu dideskripsikan, kadang
diceritakan, atau beberapa definisi diperbandingkan dan dibahas secara lebih
tepat. Seperti yang sudah disebutkan, dalam paparan banyak digunakan definisi,
klasifikasi atau analisis.
Berbeda dengan tulisan ragam sastra, dalam ragam ilmiah pemakaian majas
dibatasi. Majas itu sebenarnya juga menjelaskan, tetapi lebih mengacu pada
imajinasi daripada realitas. Dalam ragam sastra, majas dapat menumbuhkan
“keremang-remangan” suatu hal yang kadang memang diupayakan dalam karya sastra
yang berbentuk puisi. Mengapa majas hanya dibatasi dan tidak disingkirkan?
Karena dalam ragam bahasa ilmiah terdapat kata atau istilah yang sebenarnya
semula berupa majas, misalnya mewatasi, melahirkan, membuahkan.
Dalam ragam ilmiah, penyebutan bagi orang yang menulis bukan aku atau saya melainkan penulis
atau dalam hal laporan hasil penelitian, peneliti, atau
kalimat-kalimatnya menggunakan bentuk pasif, sehingga penyebutan penulis dapat
dilesapkan.
Ragam bahasa ilmiah bersifat ringkas berpusat pada pokok permasalahan.
Kalimat-kalimatnya harus hemat, tidak terdapat kata-kata yang mubazir. Namun
kalimat-kalimatnya harus lengkap, bukan penggalan kalimat.
Ragam bahasa ilmiah harus mengikuti tata tulis karya ilmiah yang standar.
Misalnya penggunaan salah satu sistem penulisan rujukan atau catatan kaki
diterapkan secara konsisten, demikian pula dalam menyusun daftar pustaka.
Pemakaian bahasa dalam tulisan ilmiah termasuk pemakaian bahasa dalam
situasi resmi. Pemilihan kata (diksi) harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu
ketepatan, kebakuan, keindonesiaan, dan kelaziman. Dalam prinsip ketepatan,
kata yang dipilih secara tepat sesuai dengan yang dimaksudkan. Prinsip kebakuan
menekankan pemakaian kata baku. Prinsip keindonesiaan menyarankan penggunaan
kata-kata bahasa Indonesia. Prinsip kelaziman, menyarankan penggunaan kata-kata
yang sudah umum.
b.
Ragam bahasa populer
Ragam populer adalah ragam bahasa yang
digunakan dalam pergaulan sehari-hari dan dalam tulisan popular, misalnya
singkatan bahasa yang sering digunakan ketika seseorang mengirimkan sms kepada
temannya.
4.
RAGAM BAHASA BERDASARKAN
SITUASI PEMAKAIAN
Ragam bahasa juga dipengaruhi oleh situasi pemakaian. Tidak
seperti ragam baku tulisan, ragam baku lisan akan berpengaruh terhadap situasi
dari pemakaian dan terdapat kemungkinan peniadaan beberapa kata yang
dimaksudkan untuk mempersingkat tanpa mengurangi unsur penting yaitu
penyampaian informasi. Misalkan, dalam ragam baku tulisan terdapat kalimat :
Saya
bertempat tinggal di Bogor.
Sedangkan
dalam ragam lisan, kalimat tersebut bisa berbentuk seperti :
Saya
tinggal di Bogor.
Dalam
kebakuan, ragam lisan akan semakin tinggi sebanding dengan situasinya,
contohnya seperti saat berbicara dengan orang yang status sosialnya lebih
tinggi akan lebih baku ketimbang berbicara dengan yang berstatus sosial sama
ataupun lebih rendah.
· Ragam Baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang dipakai
dalam forum resmi. Ragam ini bisa juga disebut ragam resmi.
· Ragam Tidak Baku
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang
menyalahi kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa baku.
· Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang
-
Ragam Ilmu dan
Teknologi
Ragam ilmu dan
teknologi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan dan
teknologi.
-
Ragam Sastra
Ragam satra adalah
ragam bahasa yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan estetis dengan cara
penggunaan pilih jata secara cermat dengan gramatikal dan stilistil tertentu.
-
Ragam Niaga
Ragam niaga adalah
ragam bahasa yang digunakan untuk menarik pihak konsumen agar dapat melakuakan
tindak lanjut dalam kerjasama untuk mencari suatu keuntungan finansial.
5.
RAGAM BAHASA BERDASARKAN TOPIK
PEMBICARAAN
Di kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang
dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ada kalanya
digunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan agama akan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik,
berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah
raga, seni, atau teknologi.
Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah Laras bahasa. Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata peristilahan atau ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Istilah koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran.Software, hardware, adalah kata-kata yang umum digunakan dalam bidang Ilmu komputer.
Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam sastra berbeda dengan kalimat-kalimat dalam koran atau artikel.
Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah Laras bahasa. Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata peristilahan atau ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Istilah koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran.Software, hardware, adalah kata-kata yang umum digunakan dalam bidang Ilmu komputer.
Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam sastra berbeda dengan kalimat-kalimat dalam koran atau artikel.